Found Me
Sebagai seseorang yang hobi ke
mana-mana sendiri, aku sama sekali ngga menyangka akan berpikir “bersama
seorang teman akan lebih baik” di suatu waktu. Aku kira aku akan selalu memilih
opsi sendiri kalau aku diberi pilihan ‘sendiri’ dan ‘bersama teman’.
Di suatu pulau yang ngga terlalu jauh dari daratan, aku berpikir if I
spent this pleasure time with my friend, it would be more fun! Ya at least satu
teman yang bikin aku ngerasa nyaman sudah lebih dari cukup, karena aku tetep
ngga ingin ribet ngurusin liburan dengan banyak orang haha.
Sebenernya pergi jalan-jalan sendiri bukan hal yang baru bagiku, tapi
entah kenapa liburan kali ini aku ngerasa ada yang salah. Entah karena ini
bukan di “kota” dan harus berpindah daratan, entah karena sikap tour guidenya,
atau entah karena faktor lain.
Yes, I wouldn’t say their service was bad, tapi dari cara mereka
bersikap, jujur bikin aku ngga nyaman. They talked about me in my behind.
“Mbak, jangan ngelamun.” sopir guide berbicara ke arahku dari jarak 2
meter. Aku yang sedang asyik menikmati suasana subuh di pelabuhan menoleh sekilas sebelum kembali sibuk melihat sekeliling.
Kami berangkat hari minggu tengah malam, 26 Januari 2020 pukul 00:00. Dengan satu
mobil elf berisi sepuluh orang, and I am all alone.
Dan pukul 05:00 kami sudah sampai di pelabuhan penyeberangan.
Sejujurnya aku ngga menaruh ekspektasi apapun di liburan kali ini. Gili
Ketapang bukan tujuanku yang sebenarnya. Jadi bisa dibilang liburan kali ini
hanya untuk mengobati rasa penasaranku tentang Gili Ketapang, karena deep down
I was so sure I wouldn’t find undersea scenery as beautiful as Menjangan, or at
least Gili Labak.
Karena sebelumnya ofcourse I did search, Gili Ketapang seperti apa
pulaunya, kondisi geografi dan sosialnya…… Jadi setelah baca-baca soal Gili Ketapang,
aku memutuskan untuk ngga menaruh ekspektasi apapun.
Subuh saat itu bagiku berjalan cukup lambat, tapi pelabuhan sudah banyak
didatangi wisatawan yang akan ke Gili Ketapang. Setelah beberapa menit menunggu,
akhirnya kami berjalan menuju kapal yang akan kami naiki. Jenis kapal yang
berbeda dengan yang aku naiki waktu ke Gili Labak. Aku ngga tahu deh, ini kapal
apa hahaha, jadi ya yaudah aku langsung duduk aja di bagian depan karena
kebetulan aku jadi yang pertama yang naik ke kapal.
Apa yang aku lihat pagi itu adalah pelabuhan yang masih tertidur, puluhan kapal berjejer, dan langit yang perlahan berwarna orange. Tapi ngga lama kemudian ada kapal datang, membawa penumpang dari Gili Ketapang.
“Mbaknya yang sendiri itu ya?” tanya seorang perempuan yang duduk di
sampingku.
“Hehe iya.”
Aku ngga paham kenapa orang-orang sebegitu takjubnya melihat orang lain
pergi ke suatu tempat sendirian, padahal secara teknis aku ngga yang
bener-bener sendiri karena ikutan open trip. Like its so weird, padahal ya sebenernya
biasa aja.
Akhirnya kami ngobrol untuk beberapa saat sebelum akhirnya aku kembali
sibuk menikmati pemandangan di depan mataku.
Menikmati.
As if I really enjoy the scenery lol.
Sebelum aku pergi liburan, aku ada kerjaan tentang DAS di Kabupaten
Tuban. Kerjaan ini akhirnya membawaku melihat semua kondisi muara sungai di
Kabupaten Tuban. IYA, SEMUA MUARA SUNGAI DI TUBAN. Dari ujung ke ujung. Lalu bagaimana
kondisi muara sungai di sana? Mayoritas mengenaskan walaupun ada beberapa muara
yang kondisinya cukup bagus hingga aku senang berlama-lama di sana sambil
menikmati pemandangan laut dan sepoi angin pantai.
Kondisi muara Pelabuhan Kota Probolinggo ngga jauh beda dengan kondisi
muara sungai yang aku kunjungi sebelumnya. Tercemar. Sangat tercemar oleh
perlakuan buruk manusia. Air laut yang hitam dan sampah mengapung di mana-mana.
Awalnya aku kira ‘laut hitam’ ini karena cahaya matahari yang belum sepenuhnya
menyinari, jadi yang terlihat adalah warna laut yang gelap. Tapi setelah hari
sudah mulai terang, air laut muara tetap berwarna hitam.
Sebenarnya dari muara pelabuhan Gili Ketapang sudah terlihat. Jadi bisa
dipastikan kalau jarak antara daratan utama dan pulau memang ngga begitu jauh.
Aku diam-diam menghela napas, ini artinya tidak berekspektasi apapun untuk liburan
kali ini adalah pilihan yang tepat. Karena dengan jarak antara muara dan pulau
yang relative cukup dekat ini aja udah bisa memberikanku gambaran seperti apa
nanti laut yang akan aku selami, ditambah dengan kondisi pulau yang sudah
berpenduduk cukup padat.
Tapi helaan napasku saat itu langsung berganti dengan senyum sumringah
saat aku menoleh ke arah kananku dan menemukan pemandangan matahari terbit dari
balik pegunungan, entah pegunungan apa.
Jadi, sisi kanan dan kiri muara adalah tanggul laut, dan begitu kapal melewati bagian terakhir tanggul, mataku langsung disambut oleh matahari terbit. Seolah matahari tersebut muncul dari balik dinding tanggul. Benar-benar eyes pleasing.
Sepanjang waktu menyeberangi laut di pagi hari itu aku habiskan dengan menatap matahari yang perlahan meninggi. Hingga langit benar-benar terlihat berganti biru. Membuat pegunungan nun jauh di sana terlihat jelas.
Seiring atap rumah penduduk yang semakin terlihat jelas, maka semakin
dekat pula waktu kapal akan segera berlabuh. Hari sudah benar-benar terang saat
kapal akhirnya merapat di pantai. Satu per satu penumpang turun dan
berjalan menuju gazebo yang terletak ngga jauh dari tempat kapal berlabuh. Ada
beberapa kapal nelayan yang terlihat berlayar hari itu. Ada beberapa ekor
kambing yang mengendus-endus pasir pantai. Oh, ngga heran ada beberapa kotoran
kambing.
Pemandangan Gili Ketapang belum memunculkan rasa excitedku yang biasanya
akan muncul ketika aku pergi berlibur ke suatu tempat.
Akhirnya kami sampai di gazebo. Jadi ada beberapa gazebo di sini. Kami dipilihkan
oleh tour guide gazebo yang dekat dengan pintu masuk dan warung.
“Mau foto-foto dulu? Ayo kalau mau.” tour guide terlihat bersemangat
dengan kamera di tangannya.
Beberapa teman seperjalanan terlihat antusias.
“Mbak, ayo.” tour guide berbicara denganku yang sedang duduk menyender
ke pilar gazebo.
“Ngga deh, mas. Nanti aja pas snorkeling.”
“Kayaknya kamu udah males ya mbak.”
Aku cuma ketawa.
Iya, satu-satunya hal yang aku nanti dari liburan kali ini hanyalah
aktivitas snorkeling. Aku kangen snorkeling.
Setelah beberapa lama beberapa teman seperjalanan dan tour guide kembali
dari aktivitas mereka berfoto-foto. Tour guide menginformasikan untuk bersiap-siap
snorkeling. Aku yang sudah berganti pakaian renang menyimak informasi tersebut
sambil mengunyah roti.
Dan yeah akhirnya setelah menunggu beberapa saat kami berjalan menuju
kapal yang akan mengantarkan kami menuju ke spot snorkeling. Kapal kami cukup
penuh saat itu, tapi masih bisa duduk nyaman. Pada state ini aku sudah berteman
dengan teman seperjalanan. Saling bercerita tentang segala macam.
Kalau ditanya hal apa yang menyenangkan dari liburanku kali ini adalah
aku menemukan teman baru. This one really made me happy that day, bahkan sampai
sekarang kalau misal tiba-tiba kembali teringat. Aku seperti kembali menemukan
sisi lain dari diriku, rupanya aku juga bisa berteman dengan orang baru dengan
cukup cepat. Mereka benar-benar stranger di awal, berbeda dengan ketika aku
bertemu dengan temanku Diah ketika kami liburan ke Banyuwangi. Karena aku pikir
aku adalah orang yang susah berteman begitu saja, membuka topik obrolan ngga
pernah mudah bagiku, sehingga aku akan banyak diam kalau bertemu dengan orang
baru atau orang asing. Tapi apa yang terjadi di hari itu sungguh membuat diriku
sendiri takjub.
Aneh banget aku merasa kaget dengan diriku sendiri di hari itu, sekaligus
merasa senang of course, because I felt like I just found out the new thing
about my own self.
Ngga ada yang spesial dari aktivitas snorkeling hari itu di Gili Ketapang.
Tapi cukup menghapus rasa rindu. Wkwkwk duh, bahasanya.
Laut Gili Ketapang punya banyak bulu babi di dalamnya, sangat banyak. Ngga
heran karena toh, ngga bisa dipungkiri lagi kalau laut di sini sudah tercemar. Aku
berenang dengan sampah yang mengapung di laut.
Jujur sangat disayangkan sih, ya siapa pula yang ngga merasa sayang
dengan laut yang sudah tercemar akibat aktivitas manusia. Aku jadi teringat
salah satu buku yang aku baca, The Sixth Extinction, bercerita tentang sejarah
kepunahan yang pernah terjadi di bumi dan yang bisa terjadi di masa yang akan datang
kalau perlakuan manusia terhadap alam seburuk seperti sekarang.
Ada dua spot snorkeling di Gili Ketapang. Satu adalah spot dengan papan
nama di bawah laut yang dapat ditemukan kalau kita menyelam. Spot kedua adalah
spot terumbu karang. Tentu aja terumbu karang dan pemandangan bawah laut di
Gili Ketapang ngga seindah Menjangan, tapi kalau disuruh menilai aku lebih suka
spot snorkeling yang kedua. Ini jadi seperti memilih diantara pilihan yang ngga
bagus.
Spot pertama bagiku ‘gersang’, ngga banyak terumbu karang di sana. Baru ketika
snorkeling di spot kedua aku merasa cukup senang bisa melihat terumbu karang dan
beberapa ikan yang hilir mudik berenang. Ngga banyak ikan yang bergerombol
berenang, hanya beberapa yang bisa aku lihat.
Setelah puas (oke anggaplah demikian) bermain air, aku kembali naik ke
kapal. Beberapa meter dari kapal kami aku lihat ada kapal lain yang akan
berhenti untuk menurunkan gerombolan orang yang akan snorkeling.
Matahari sudah terasa cukup terik saat itu.
Aku rasanya sudah ingin cepat-cepat berbilas dan pulang.
Lol, this was my first time ever aku pergi liburan tapi ingin cepat-cepat
pulang.
Begitu kapal kembali berlabuh di pantai, aku menghampiri tour guideku
untuk memina tolong ngefotoin HAHA. Tadinya aku kira kapal akan kembali
berlabuh di tempat yang sama ketika akan berangkat snorkeling, tapi ternyata
engga, kapal malah berhenti di pantai dekat dengan gazebo. Padahal spot foto
yang aku inginkan adalah di tempat kapal berangkat tadi. Lalu kenapa ngga foto
aja waktu berangkat tadi? Karena rame. Orang-orang heboh di sekeliling spot
yang aku inginkan itu, makanya aku berpikir lebih baik nanti setelah
snorkeling.
“Mas, tolong fotoin aku, dong,” pintaku.
“Boleh Mbak, ayo. Di mana?”
“Tapi aku maunya foto di sana,” kataku sambil menunjuk ujung pantai ini,
sedikit harus berjalan jauh. “Ngga
apa-apa?”
“Ngga apa-apa Mbak. Ayo.”
Akhirnya kami jalan ke tempat yang aku maksud sambil ngobrol ringan.
Dia bercerita kalau hari ini pengunjung Gili Ketapang tergolong sepi. “Segini
sepi?” tanyaku penuh dengan intonasi penekanan.
“Iya, biasanya lebih dari ini Mbak, dua kali lipatnya.”
“Wow.”
Diam-diam aku bersyukur dalam hati. Ngga tahu deh, misal aku ke sini
saat peak season, mungkin akan semakin ngga nyaman.
Puas menghabiskan beberapa menit untuk menghasilkan sebuah foto yang
menurutku akan layak diupload di Instagram, kami berjalan kembali menuju
gazebo.
Gazebo siang hari setelah snorkeling hari itu terlihat jauh lebih rame
dibanding pagi hari saat pertama kali aku dan teman-teman sampai. Suara musik
yang terdengar dari soundsystem menambah keramaian di sana. Antrian di toilet
juga ramai. Akhirnya aku memutuskan untuk makan siang dulu sebelum bilas, toh
baju renangku juga sudah 100% kering. Seperti ngga ada jejak aku habis
nyemplung ke laut.
Menu makan siangku hari itu adalah ikan bakar. Ikan apa ya, hmmm…..lupa.
Kecil gitu sih, ikannya, semacam tongkol. Apa emang ikan tongkol ya?
Aku ambil beberapa ikan dan sedikit nasi. Lalu memilih tempat duduk di
bangku panjang, makan sambil memandang laut biru di hadapanku. Dan lagu dangdut
koplo yang mengalun kencang. Eeerrrgghh….. kayaknya ngga di kantor, di pantai,
atau di manapun aku berada aku sering banget mau ngga mau akhirnya ikut
mendengarkan genre lagu ini. I don’t hate the genre, tapi bisa ngga sih, play
music yang lebih cocok dengan suasana pantai dan ikan bakar? Man Who Can’t be
Moved by The Script mungkin?
Rasanya suatu saat aku ingin sekali bergalau-galau ria sampai bosan
sebosan-bosannya sambil memandang laut, menghabiskan waktu di pantai yang tenang.
Tanpa ada lagu dangdut koplo!
Begitu selesai makan siang aku segera bersiap-siap untuk mandi. Antrian kamar
mandi sudah sepi. Aku harus segera berbilas. Udah ngga sabar untuk pulang
hahahahaha.
Akhirnya pukul 12:00 kami semua kembali naik kapal untuk menyeberangi
laut menuju pelabuhan Probolinggo. Aku memandang laut yang di kejahuan,
memandang horizon yang terlihat sangat biru di tengah hari saat itu,
benar-benar indah. Melupakan sejenak kalau beberapa saat yang lalu aku baru
saja berenang dengan sampah yang mengapung di laut.
Gili Ketapang sedikit demi sedikit semakin terasa jauh dan mengecil
Gili Ketapang yang mengecil perlahan di mataku itu terlihat cantik. Seolah
benar-benar suatu tempat yang menjanjikan surga dunia.
Di atas kapal siang itu aku berpikir bukan salah Gili Ketapang kalau
ngga bisa memenuhi ekspektasiku. Bukan salah Gili Ketapang yang memiliki
pemandangan bawah laut yang menurutku jauh dari kata indah. Dan ngga perlu juga
aku jelaskan di sini itu semua salah siapa, semua sudah jelas, ya kan?
Pukul 12:30 kami kembali berlabuh di pelabuhan Probolinggo. Terik matahari
benar-benar menyengat. Kami buru-buru jalan menuju mobil elf yang untungnya
terparkir ngga jauh dari dermaga. Begitu mesin mobil dinyalakan dan AC mulai
berjalan, rasa lega langsung menjalar di sekujur tubuh. Dan aku mulai
mengantuk.
Ya Allah ini jadinya kayak anak SD yang abis renang dan bekalnya indomie
goreng itu ngga, sih? Wkwkwkwk.
Jadilah sepanjang jalan Probolinggo – Pasuruan aku habiskan dengan
tidur. Baru bangun ketika mobil berhenti di rest area tol dan hujan turun. Sangat
kontras dengan terik matahari tadi siang.
Pukul 16:30 aku senang karena kami telah sampai kembali di Surabaya.
I know this is weird, tapi emang begitulah yang aku rasakan pas liburan
kali ini. Aku ngga yang merasakan senang luar biasa, ya biasa aja. Aku ngga
yang puas gimana gitu, ya biasa aja. Yang penting urusan rinduku dengan
aktivitas snorkeling teratasi. Dan kalau boleh jujur aku sama sekali ngga
menyesal sudah berlibur ke Gili Ketapang. Karena kalau ngga, aku akan terus
penasaran HAHA, tapi misal diajak untuk kembali aku akan menolak. Karena kalau aku ngga ke Gili Ketapang, aku ngga akan menemukan apa yang ngga sengaja aku temukan di sana.
Ada beberapa hal yang sangat membuatku senang selain aku berhasil
mencoret to do list-ku untuk ngetrip sendirian, ya walaupun ini ngga bisa
dibilang bener-bener sendiri juga sih, tapi ya you know what I mean.
Aku benar-benar menemukan sisi lain dari diriku yang aku kira ngga ada
di dalam diriku. Ya at least, liburan kali ini semacam exploring diri sendiri. Apa
yang aku mau, apa yang membuatku ngga nyaman, apa yang membuatku senang. I found
all of them in Gili Ketapang.
I found me.
0 komentar