Aku masih ingat betapa bingungnya aku mencari nomor kursi yang harus aku duduki. Aku datang terlambat pagi itu dan berjalan dengan tergesa mencari barisan jurusan Teknik Sipil yang ternyata sudah masuk ke dalam gedung.
Ketika mengetahui informasi soal diskon yang terkait dengan sesuatu yang kita suka, kira-kira hal manusiawi apa yang bisa kita lakukan? Ya tentu saja tidak berpikir panjang untuk segera mendapatkan sesuatu tersebut dengan harga diskon. Ini yang aku lakukan beberapa waktu lalu, dan sejujurnya lewat kejadian ini ngasih aku pelajaran untuk lebih hati-hati dan ngga gampang tergiur diskon.
Tadi
siang, ditengah kegabutanku di kantor, aku iseng-iseng ngebacain satu-satu lagi
setiap postinganku soal suatu tempat yang aku kunjungi. Postingan entah aku
maen kemana, entah aku berkunjung kemana…… dan dari sini aku jadi tahu, kalau
gaya menulisku berubah dari waktu ke waktu. Dan jujur aja nih, aku geli sendiri
baca postinganku terdahulu dengan gaya menulisku yang seperti itu wkwk. Tapi ya
gimana lagi ya, diubah juga buat apa. Jadilah aku berdoa aja supaya kalau ada
orang yang nggak sengaja baca postinganku yang dulu-dulu tuh, tahan lahir dan
batin lol. Atau kalau nggak, ya yaudah langsung close aja wkwk.
First, let me being grateful toward myself because finally I write the last chapter from these series after looonnggg time, thanks to my workload. Literally WORK-LOAD. Asli sih, aku overload nanganin kerjaan kantor yang bejibun dan memegang prinsip mati satu tumbuh seribu. Dicoret satu karena udah kelar, muncul lagi dua. Edan.
Kemarin waktu di lab, aku ditanya sama salah satu bapak pengurus lab.
“Loh, yan, nggak kerja?”
“Iya pak, nanti siang ke kantor.”
“Gitu kamu nggak capek apa, kuliah sambil kerja?”
“Waduh, pak, ya jangan ditanya hehe.” jawabku sambil nyengir.
Ya nggak usah sok berpikir positif atau sok kuat atau gimana sih, nyatanya emang kuliah sambil kerja tuh triple capek. Bener-bener capek, baik fisik maupun otak. Nggak kehitung dah, berapa kali aku mengeluh ke temenku. Jadi, aku sampai di sini aja rasanya udah kayak mukjizat. Soalnya kalo dipikir-pikir lagi nggak bakal mungkin terjadi.
Ketika musim hujan, sering banget aku berharap biar nggak turun hujan di saat-saat tertentu. Walaupun tahu banget kalau hujan itu artinya berkah, rejeki dari Tuhan, tapi tetep aja pikiranku sebagai manusia selalu punya pikiran “ah, coba aja nih nggak hujan” di saat-saat tertentu.
Salah satu momen yang aku pengen banget biar nggak turun hujan yaitu pas siang hari sehabis snorkeling dari pulau menjangan.
Begitu aku dan temen-temen yang lain selesai bersih-bersih badan di pantai watudodol, gerimis yang semula hilang, kembali datang dengan intensitas yang lebih besar. Hujan turun. Siang yang awalnya teduh-teduh syahdu gimana begitu, sekarang basah. Kami buru-buru masuk mobil. Dalam hati aku khawatir dong, abis gini kami mau ke baluran, terus kalau hujan gimana dong huhu.
Salah sendiri maen di musim hujan ;;;;;-;;;;
Begitu semua udah masuk mobil, kamipun meluncur menuju rumah makan. Jaraknya seingetku nggak seberapa jauh dari pantai watudodol, tapi aku sempat tertidur. Ya gimana ya, kondisinya nyaman banget buat tidur, mana abis maen-maen air gitu kan, capek, lalu kemudian turun hujan. See, hujan itu memang berkah.