Probabilitas

Tadi, pas hari Gabut Nasional, padahal-tugas-banyak-tapi-nggak-ada-yang-beres, aku membuka sesi curhat siang sama si partner tubes bendungan.
Yeah, as you know. si partner ini suka galau tapi juga suka ngatain orang galau. Jadi intinya dia nggak mau galau sendirian.

Sepanjang hari tadi kerjaannya :
pagi ke kampus - dia wifian, aku baca novel - bertanya-tanya apakah jadi maju dosen waduk apa nggak - akhirnya jadi maju waduk - bingung mau ngapain - foto selca - nongkrong di bar - curhat siang - kuliah - pulang.

Jadi, awal sesi curhat siang itu, dia nyeritain temennya. Terus mrepet-mrepet cerita tentang dia sendiri, biasalah, girls.

"Aku nggak berusaha buat ngelupain, tapi juga nggak mikirin, mi. Tapi masnya malah muncul-muncul terus."

Aku ketawa. Bukan ngetawain gumi, tapi ngetawain aku sendiri, soalnya aku keinget.

"Kata temenku itu cuma sugesti aja, soalnya aku masih nggak rela."

Ya..ya..ya.... mungkin hukum alamnya emang gitu. Dulu pas aku juga mikir buat move on, si you-know-who itu juga muncul terus. Seolah-olah alam berkonspirasi buat nggak ngijinin aku move on. Seolah-olah.

Setelah cerita panjang lebar banget, akhirnya sampailah pada titik ini:

"Katanya mi, aku harus tau peluangku berapa, jadi aku bisa tau kesempatanku sebesar apa."

"Probabilitas."

"Iya. Kalo peluangku besar maju terus, kalo kecil sekalian nggak usah."

"Jadi cari tau peluang dulu baru move on?"

"Nah. Biar nggak digantungin juga, sebenarnya ada kesempatan nggak sama dia, gitu."

Crap!!
You know, mendengar gumi bilang gitu, rasanya aku langsung......hhhhhh. yaudah, udah terlanjur.
Sudah move on sejauh ini, teori tentang cari-tahu-peluang-dulu-baru-move-on baru ditemukan sekarang -___-

Terlambat nggak sih, kalo aku tanya " kak, peluangku ke kamu berapa?" gitu?
Terlambat kayaknya.
Yaudah.
Semoga teori ini bermanfaat bagi kita semua.


Sincerely yours,


















Share:

2 komentar