Alpha T. - by Dyan Eka
Powered by Blogger.
  • Home
  • About
  • What’s On
    • EXO’luxion
    • Fiction
    • I am an Engineer
    • I was Here
    • Random Thought
    • Review
  • Hit Me
    • ASKfm
    • Facebook
    • Goodreads
    • Google+
    • Instagram
“Selamat ulangtahun, ingat, aku orang pertama yang mengucapkan padamu.”
Ia hanya tersenyum manis sekali, hingga kedua matanya menyipit, terlampau bahagia.

Ia membuka kedua matanya yang beberapa detik lalu sempat terpejam. Waktu seolah menghimpitnya, entahlah, ia hanya tidak tahu harus melakukan apa. Jarum jam terus bergerak, perlahan menuju angka yang tertera pada sebuah kertas tebal dengan nama tercetak rapi yang tergeletak diatas mejanya.

Hari ini suasana cukup menyenangkan. Seorang teman mengadakan pesta di rumahnya. Ia melihat dia tengah berjalan kearahnya, tanpa berpikir panjang ia juga melangkah menghampirinya.
Tapi, dia ternyata bermaksud menghampiri teman mereka yang lain. Teman berpipi tembam yang berdiri diantara jaraknya dan dia. Ia berhenti melangkah. Menatap dia yang kini meniupkan confeti di atas kepala si pipi tembam.

Ia menghampiri sang pendengar janjinya. Memeluknya. Tidak menghiraukan kalimat heran yang ditujukan padanya. Bukan pelukan erat, ia hanya ingin mencari pembenaran.
Setelah beberapa kali ngajakin temen-temen buat maen, akhirnya kemarin aku maen, thanks god ;__;
Lama banget aku nggak maen-maen, sekalinya ngajak maen, temenku malah ngajakin salaman sambil ngomong “maaf yan, kita kubis,” kata dewok.
“hah? kubis apaan?”
“iya yan, kita sibuk.” kata fais, ikutan nyalamin tangan.
“kamu maen sendiri aja yan.” alfi ikutan nimpalin.
Yang terakhir jahat banget emang.

Tapi ya gimana ya, doa anak solehah insyaallah selalu terkabul, akhirnya temen-temen nyusun rencana buat maen, senin 31 agustus 2015. Awalnya mau nggak ikut, because I got flu, tapi abis lintang ngasih tahu foto di Instagram yaudah bodo amatlah sama flu. Jadinya aku ke pantai bawa-bawa tisu yang kalo dibagi-bagiin ke warga sekitar kayaknya cukup.

Berangkat kemarin menurutku udah terlalu siang, dzuhur kita masih di jalan. Matahari panasnya naudzubillah, kepala jadi makin pusing gara-gara udah flu, kena panas, jalanan yang nggak selamanya mulus, kena beratnya helm juga. Rasanya aku pengen tidur aja sambil senderin kepala ke punggung temenku. Tapi temenku ini fais, bukan baekhyun, jadi yaudah gausah.
Mana ditengah jalan tiba-tiba telingaku kerasa nggak enak, kayak bindeng (bindeng bahasa indonesianya apaan?), pengen banget lepas helm tapi ya nggak mungkin juga, jadi yaudah ditahan aja. Sambil berdoa buruan nyampek.

Jam setengah dua siang akhirnya kita nyampek batu bengkung, setelah ngelewatin jalanan yang nggak tahu kenapa jadi rusak. Dulu pas maen ke ungapan jalannya masih aspal mulus banget, tapi sekarang beberapa titik udah rusak, nggak enak banget buat dilewatin.
Pas di loket masuk, kita dikasih tahu kalo spot paling bagus pantainya ada di paling ujung. Jadi, sepanjang wilayah pantai batu bengkung ini kayaknya terserah aja sih kita mau berhentiin sepeda kita di spot pantai sebelah mana, nikmatin pantai dari sisi sebelah mana, cuma yang paling bagus kata penjaganya ya yang kemarin kita samperin ini.
Mata langsung kerasa seger banget pas udah ngeliat laut. Perjalanan yang buatku sendiri udah kerasa capek banget impaslah sama pemandangan pantai yang bagus. Sebenernya view batu bengkung nggak kalah sama clungup, cuma sayangnya batu bengkung masih banyak sampah kececer dimana-mana, walaupun udah disiapin tempat sampah. Beda banget sama clungup yang bersih banget, nggak ada sampah satupun. Ini sih sebenernya yang bikin sedikit kecewa diawal, pantai tidak sebersih clungup. Sayang banget kan jadinya, view lautnya udah oke banget, bagus, tapi pantainya banyak sampah.
Poin plus dari pengelolaan batu bengkung adalah di sini ada beberapa gazebo sederhana, jadi bisa nikmatin batu bengkung sambil leha-leha di gazebo.

Newer Posts Older Posts Home

The Alpha Post

[not a simple happiness] hazy dream

Instagram

Book I Have Read

I Want to Die But I Want to Eat Tteokpokki
A Feminist Manifesto: Kita Semua Harus menjadi Feminis
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Perempuan: Kumpulan Cerita Pendek
Proyek Maut
Hai, Miiko! 32
Another II
Another I
Absolute Justice
Murder at Shijinso
Memory of Glass
The Travelling Cat Chronicles
Confessions
Buku Harian Pangeran Kegelapan
The Feminist Minds: Two Years of Collected Essays from Magdalene
Love Letters from a Father
Shandya's Sententia
Kim Jiyoung, Born 1982
#Dear Tomorrow: Notes to My Future Self


Dyan Eka's favorite books »

Popular Posts

  • PPL (Pengairan Peduli Lingkungan)
  • Ko Ko Die
  • Kemah Kerja Mahasiswa XXXIV
  • 5N5D; diikuti dosbing
  • [not a simple happiness-fin] feels

Blog Archive

  • ►  2020 (3)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  June (1)
  • ►  2018 (12)
    • ►  November (1)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  June (1)
    • ►  April (3)
    • ►  January (4)
  • ►  2017 (11)
    • ►  October (3)
    • ►  August (1)
    • ►  July (2)
    • ►  January (5)
  • ►  2016 (12)
    • ►  October (1)
    • ►  August (4)
    • ►  June (1)
    • ►  March (5)
    • ►  January (1)
  • ▼  2015 (19)
    • ►  December (1)
    • ►  November (1)
    • ►  October (1)
    • ▼  September (2)
      • 0461 - An Encore
      • Hingga Terang Beralih Gelap
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  May (2)
    • ►  April (5)
    • ►  March (2)
    • ►  February (3)
  • ►  2014 (15)
    • ►  December (3)
    • ►  November (3)
    • ►  September (2)
    • ►  August (1)
    • ►  June (1)
    • ►  March (2)
    • ►  February (1)
    • ►  January (2)
  • ►  2013 (5)
    • ►  December (2)
    • ►  June (1)
    • ►  May (1)
    • ►  February (1)
  • ►  2012 (12)
    • ►  November (2)
    • ►  October (1)
    • ►  September (2)
    • ►  July (2)
    • ►  May (1)
    • ►  April (1)
    • ►  March (1)
    • ►  February (1)
    • ►  January (1)
  • ►  2011 (2)
    • ►  December (2)

Lucky Number

Copyright © 2016 Alpha T. - by Dyan Eka. Created by OddThemes