H-2 sempro; model wanna be


Jadi ini ceritanya kemarin sabtu tanggal 22 november 2014, aku kabur sejenak dari realita yang harus dihadapi. Refreshing dulu sebelum dapet pertanyaan macem “menurut anda apakah ikan-ikan tersebut dapat bertemu jodoh saat melewati fishway?”
Sempro ya sempro aja, yang penting pantai dulu :[

pejuang fishway maen dulu ke pantai
Perjalanan kali ini, aku berpartner dengan Danis. Sebenernya agak nakutin sih, dibonceng ini anak, tapi ya aku percaya ajalah sama skill berkendaranya dia. Masih untung juga Danis mau boncengin, wkwkwk x))
Setelah nunggu –yang katanya- kumpul jam 6 pagi di bunderan UB, dan aku udah dateng jam 6, tapi malah baru berangkat jam 8, akhirnya kita ber-21 anak berangkat ke pantai lenggoksono.

Jati, Kim Jongin yojachingu, Danis, Ifan
Sepanjang perjalanan aku kayak de javu. Kayaknya pernah banget ngelewatin jalanan yang lebarnya paling cuma 1,5 meter, berliku-liku, naik turunnya agak ekstrim, dan di beberapa titik jalanan pada rusak. Dan ternyata bener, pantai lenggoksono ini tetanggaan sama pantai sipelot. Pantes ajaaaa......cuma beda percabangan jalan doang.
Selama perjalanan kadang berhenti bentar, gara-gara ban sepeda temen ada yang bocor. Kalo nggak gitu nungguin temen yang ketinggalan jauh di belakang. 
berada di galaxy lain, nungguin jati nambal ban sepeda --,
Perjalanan yang memakan waktu hampir 3 jam, sedikit demi sedikit menampakkan ujung perjalanan. Waktu hampir nyampek, dari atas gunung udah kelihatan laut. Dan anehnya, kebanyakan dari kita sepakat berpikir kalo dari atas emang keliatan bagus banget.
“Kayak gimana gitu ya, yan.... Kayak raja ampat.” kata Danis. Iya, emang si Danis ini sok banget. Kayak dia pernah aja ke Raja Ampat pake bilang gitu.

awesome!!
Semakin mendekat ke pantai, jalanan makin nggak ngenakin. Dan begitu sampai langsung ditodong uang masuk. Agak kaget juga sih, ada uang masuknya. Selama ini ke pantai belum pernah dimintain uang tiket masuk. Tapi ya, lumayanlah sama fasilitas yang coba disediain sama pengelola yang kayaknya masih warga setempat.

annyeong yorobuunnn~~~ welcome to lenggoksono
Dan nggak usah dikasih aba-aba atau nunggu perintah, kita semua langsung alih profesi jadi model. Nggak usah ditanya juga, aku muncul di semua kamera temen-temen. Wakakakak.
Nih, beberapa foto para model wanna be~
what?

Yang cewek-cewek sibuk pindah sana....pindah sini......cari angel yang pas buat foto. Yang cowok udah asyik maen bola sendiri, yang kalah suruh gendong yang menang ke laut, ngeliat mereka kayaknya seru, sih ^^b

Karena ini pantai tetanggaan sama sipelot, jadi lenggoksono ini bentuk pantainya sama kayak sipelot, seperti sebuah teluk. Tapi menurutku masih bagus lenggoksono daripada sipelot.
Maen-maen kayak gini, jadi berasa masih semester muda, yang kayak “nggak ada apa-apa”. Rasanya puas banget maen seharian kemarin itu. Mungkin karena aku udah lama ya nggak maen-maen kayak gitu, jadinya ya seneng, walopun kepikiran senin besoknya --,

wakakakak, iyo wes rek, sembarang x))

 By the way, perjalanan ini nggak cuma berkisar tentang pantai. Nggak hanya tentang ombak yang makin siang makin besar, dan kita para cewek langsung lari biar celana nggak basah semua. Nggak hanya tentang batu-batu cantik yang tersebar di sepanjang bibir pantai. Nggak hanya tentang beberapa warga yang menaiki perahu untuk menyelamatkan seseorang, yang entah dimana, terluka. Tapi lebih dari itu *smirk*

Aku baru tahu kalo air laut sebegitu cepatnya menghentikan pendarahan ((pendarahan)). Jadi ceritanya kakiku kegores batu karang, terus berdarah, terus aku buat jalan eh tahunya darahnya udah berhenti keluar aja, soalnya ini kaki kan kerendem air laut.
Coba sini bisa nggak air laut buat mengobati hati yang berdarah-darah juga :/

Sayangnya, perjalanan kita nggak diterusin ke air terjunnya. Apa ya namanya, banyu tibo (?) kalo nggak salah. Karena kalo jalan butuh waktu 45 menit - 1 jam, dan kalo naek motor itu medannya katanya buat yang udah expert motoran pake trail. Dan juga kita nyampek sana udah terlalu siang.
Yaudahlah, kemaren kita harus berpuas diri dengan pantai lenggoksono.
Where's next?

Share:

0 komentar