Another Chance



Tadi siang, ditengah kegabutanku di kantor, aku iseng-iseng ngebacain satu-satu lagi setiap postinganku soal suatu tempat yang aku kunjungi. Postingan entah aku maen kemana, entah aku berkunjung kemana…… dan dari sini aku jadi tahu, kalau gaya menulisku berubah dari waktu ke waktu. Dan jujur aja nih, aku geli sendiri baca postinganku terdahulu dengan gaya menulisku yang seperti itu wkwk. Tapi ya gimana lagi ya, diubah juga buat apa. Jadilah aku berdoa aja supaya kalau ada orang yang nggak sengaja baca postinganku yang dulu-dulu tuh, tahan lahir dan batin lol. Atau kalau nggak, ya yaudah langsung close aja wkwk.



Anw, dari sekian banyak postingan yang aku baca lagi itu, ada satu postingan yang bikin aku ketawa. Bukan karena ceritanya, tapi ternyata aku ngeupload foto temenku yang menurutku laughable wkwkwkwk. Asli aku langsung ketawa begitu ngeliat foto temenku itu. Tapi kemudian, rasa rindu datang. Iya, aku jadi rindu sama teman-teman kuliahku di UB dulu. Rasanya pengen balik ke S1 dulu, punya temen yang banyak, ketawa-ketawa di GBT, pusing tubes,……..menyelipkan schedule liburan di tengah kesibukan. Ya maen doang seharian, ke pantai, ke air terjun, ke batu….banyak. Aku mah dulu tim yang tiba-tiba diajak gitu aja sih maen, nggak pernah sebagai pencetus ide wkwk.

Sama kayak yang sekarang aku ketik ini. Destinasi yang aku tuju kemarin tuh, bukan ideku. Hmm, ya emang sih ya, yang nyebut di awal tuh aku, tapi penentu akhirnya jelas bukan aku.
“Pantai yuk, pls pls pls.”
“Ayo ayo. Teluk asmara ayok yan.”
“Goooo!”
[ I make it short lol, intinya yaudah aku yang ngajakin, pencetus lokasi yang dituju bukan aku.]

Jadi, si He-Who-Must-Not-Be-Named [Yes, My Lord Voldemort] ini,  baru aku sadari selalu ada di setiap postingan maenku waktu jaman kuliah dulu [at first I mention his name here, but referring to his order, he didnt want his nickname exposed here /sigh/ /deleting all of his name here/].


Ya gimana, karena dia yang hapal banget kalo urusan pantai-memantai begitu. Eh, tapi kayaknya nggak cuma pantai doang sih. Curiga jangan-jangan sebenernya tuh, dia minum air bakaran kertas tempat wisata se-Malang Raya deeecchh.

Jadilah aku dan My Lord kemarin, hari minggu, tanggal 28 oktober 2018, maen ke pantai teluk asmaraaa~ yuhuuuyy~
Kapan lagi cuy maen ke pantai, private sama juru kunci pantai malang selatan wkwkwkwkwkcmmdcjsdhk.

Hari itu bagiku malang keliatan sedikit mendung. Dan dengan bodohnya aku waktu berangkat dari kosan adekku, nggak pake jaket, lupa kalo aku lagi di malang, bukan surabaya.
“Ya balik ke kosan dong, ambil jaket maemunah.”
Jadi, pagi itu sesuai janji dia nih, aku udah standby dong dari jam 6. Udahlah pokok aku udah ready to go to the beach lah. Nah, kebetulan adekku tuh juga lagi siap-siap mau berangkat tes CPNS, dia dapet jadwal pagi jam 7. Jadilah dia jam 6 tuh udah siap berangkat juga.
Tapiiii, sampek jam 6 tuh tida ada kabar dari seorang My Lord. Wahgelaseh, yakin nih anak belom bangun (sotoy). Baru deh, begitu aku tanya posisi di mana, dia ada kabar, dan beneran baru bangun (?). Sementara adekku udah siap berangkat aja. Akhirnya yaudah, aku ikutan keluar kamar, biar adekku bisa ngunci kamarnya. Aku nungguin dia dateng di musholla dong, subhanallah. Mau keluar sama yang bukan muhrim tapi nunggunya di musholla.

Selagi nunggu tuh, angin semilir berhembus. Lama-lama dingin juga nyet. Sampek akutuh kebelet pipis, tapi bingung mau pipis di mana, karena aku juga ngga tahu itu musholla toiletnya kalo pagi-pagi gini boleh dipake atau enggak. Jadilah aku galau kepengen pipis, gara-gara kedinginan, sambil telponan sama ayah.
“Yah, malang dingin banget.
“HAHAHAHAHA, kamu kira surabaya?”
“Iya makanya kan. Nyesel aku tadi nggak pake jaket.”
“Lah? Nggak jaketan?”
“Nggak, kirain bakal panas.” Bodo memang akutuh.
“Yaudah, ambil jaketnya loh.”
“Kamarnya udah dikunciiiii. Ini aku nunggu di musholla. Anginnya semilir-semilir dingin banget, duduk gini aja bikin aku kebelet pipis.”
“HAHAHAHAHAHA” nyet, diketawain ayah dong.
Akhirnya, setelah galau 30 menit nahan pipis, seorang mas-mas keluar dari entah bagian mananya musholla. Dan setelah tanya boleh nggak, toiletnya dipake, segala gundah gulanaku sirna sudah. Huhuhu, thanks God.

Nggak lama si My Lord Voldemort ini dateng. Pagi itu bener-bener minim cahaya matahari.
“Eh, My Lord, mendung tauk.” ucapku, waktu sepeda motor kami udah di jalan besar.
“Mana? Enggak.”
Oke, mari berdoa biar nggak hujan baik pergi maupun pulang nanti. Karena bagiku, pergi maen begini tuh, enaknya ya suasana cerah dong.

Sepanjang jalan, yaudah kami ngobrolin banyak hal. Jalanan yang dilewati terasa sangat akrab banget di memori. Jalan menuju ke terminal Gadang, terus belok kanan, terus luruuuuusss aja, jalanan yang pasti bakal dilewatin kalo mau ke pantai malang selatan.
Aku jadi inget-inget lagi, kapan terakhir aku pergi ke pantai malang selatan ya? Kalo nggak salah habis sidang skripsi, tinggal nunggu wisuda, 2015, udah lama banget. Waktu itu sama temen rame-rame ke batu bengkung.
[maen ke batu bengkung]

Terus ingatanku makin kembali ke belakang. Sebelum batu bengkung, pantai yang aku datengin tuh di tahun 2014, dua hari sebelum aku seminar proposal. Terus seninnya aku kena bantai sama dosen penguji.
“My Lord, pantai apa tuh yang dulu kita ramean?” tanyaku ke Lord Voldemort setelah beberapa saat mencoba mengingat-ingat nama pantai, tapi nggak berhasil juga.
“pantai opo?”
“yang ramean banyak banget dulu ituloooh.” Seriusan sih, waktu itu temen-temen banyak banget yang ikut. Kayaknya temen terbanyak yang ikut ke pantai deh, di dalam sejarah per-pantaian ini.
“lenggoksono?”
“nah!!”
[maen ke lenggoksono]

Hhhhh, its been really a long time.

Jalanan menuju malang selatan nggak banyak berubah. Tetap hijau sejauh mata memandang. Terik matahari udah mulai terasa, walaupun ya nggak ada apa-apanya sama terik matahari di Surabaya. Dan jalanan juga nggak begitu rame waktu itu. Cuma beberapa kali salipan sama segerombolan lelaki konvoy sepeda motoran yang aku yakin banget mereka juga menuju pantai. And my guess was right.
Sehari-hari yang dilihat gedung-gedung tinggi menjulang, begitu aku ngeliat serentetan pohon yang nggak ada habisnya, rasanya aku pengen bersyukur tiada henti. It made my mind clear. I did enjoy the trip, a lot.

Tapi, segala enjoy-enjoyan itu tadi, tiba-tiba terganggu, karena ada peralihan jalan. Jadi, jalan yang seharusnya dilewati kalau mau ke pantai pada umumnya tuh, ditutup. Ada dua orang polisi yang berjaga, sambil mengarahkan kendaraan yang lewat buat ambil jalur alternatif.
“Ada kecelakaan ya, di atas. Silahkan lewat jalan alternatif.” itu yang diucap salah satu pak polisi.
Jadilah, aku yang semula santai aja karena yakin ini orang satu paham jalan banget, mulai khawatir. Ini kira-kira dia tahu, nggak?
“My Lord, tahu jalan lewat sini?” tanyaku waktu motor melaju dengan hati-hati di jalan yang nggak rata, sama sekali nggak ada bagus-bagusnya. Di kejauhan, di sisi kiriku, aku bisa lihat ada sebuah embung dan lapangan sepak bola di sampingnya.
“hmmm…..insyaallah.”
What the fffffff, yakin nih, 50% peluang dia nggak tahu jalan. Dan ternyata bener. Setelah sekian menit My Lord terus aja ngelajuin motornya, tiba-tiba dia ngomong; “wah, wah…..bahaya nih, kalo diterusin.”
MEEEENNNN, DOI NGGAK TAHU JALAAANN ;;-;;;
Do I have to say goodbye to the world?
Imajinasiku udah nggak karuan aja nih. Gimana misal kami motoran masuk terlalu dalam ke daerah pegunungan dan nggak tau jalan keluar ke mana sampek hari gelap. Atau in worst case, kalau dia nekat jalan terus, bisa jadi dia malah ambil jalan yang menuju pulang ke malang kota wkwkwkwk.

“Yan, coba cek google map.” Perkataan My Lord ini membuyarkan segala imajinasiku. Oke, memang aku seharusnya tida berpangku tangan di boncengan motor, plus apa gunanya ini smartphone hhhhh. Tapi sinyalnya buruk banget, ya bisa sih buka google map, tapi low quality. Apakah itu karena kami berada di daerah pegunungan?
“coba ketik aja tujuannya pantai goa cina.” Kata My Lord lagi. Motor udah berhenti di pinggir jalan, deket outlet smartphone yang punya warna baliho yang sama dengan warna petunjuk jalan. Tadi, sebelum berhenti, aku udah ngeyel aja ke My Lord kalo itu papan petunjuk jalan, karena cuma keliatan ijonya sedikit, sisanya ketutupan daun pohon. Untung aku tida di-avada-kedavra.
Fyi, teluk asmara nih, deketan sama pantai goa cina. Which is, deketan juga dong sama pantai ungapan dan clungup.

Sekian menit berlalu, akhirnya google map berfungsi dan bisa nunjukin arah menuju pantai goa cina. Setelah meyakinkan jalur yang sudah kami ambil benar, barulah motor kembali jalan. Sumpah, aku berasa di antah berantah. Berasa masuk terlalu dalam ke deretan pegunungan. Jalanan yang kami lalui waktu itu sepi, dengan rumah-rumah penduduk di samping kanan-kiri, lalu beralih menjadi area persawahan.
“yan, bener nggak?”
“hmm....” waktu yang aku gunakan buat menggumam itu, udah membuat motor melewati jalanan yang seharusnya dilewati. “Eh, My Lord, kayaknya kelewatan deh, jalannya. Harusnya belok.”
Terus yaudah puter balik dikit, mengikuti jalur yang benar. Terus jalan lagi, luruuuusss aja. Aku meleng dikit dari google map, My Lord tanya; “bener yan?”
“eh eh, kelewat, harusnya belok kiri yang tadi.”
Puter balik lagi, kali ini motor masuk ke jalanan kampung. Kami ngelewatin beberapa warga yang sibuk mau ambil keranda mayat. Ya Allah serem ;;;-;;;;
Terus motor sampai di penghujung jalan kampung, di depan mata udah jalan besar.
“Terus belok mana, yan?”
“Kalo gini tuh, belok mana?” tanyaku sambil nunjukin hapeku ke My Lord.
“belok kiri.”
Yaudah akhirnya motor belok kiri, dan kami ngikutin aja itu arah jalan satu-satunya.
“Oh, tahu nih, jalan ini.” HAMDALAH MY LORD UDAH TAHU JALAN GEEENGGGSS ;;-;;
“udah tahu, My Lord?”
“iya.”
“aku matiin ya google mapnya.”
“oke matiin aja.”
Sumpah ya ini ‘My Lord Voldemort’ versi yang sabar banget huhu, untung aku nggak diturunin di pinggir jalan soalnya aku auto nggak becus baca google map. Padahal tuh ya, akutuh pro gitu baca google map biasanya, dan suka jengkel sama yang aku bonceng misal dia ngga bisa bacain arah sesuai google map yang bener. Apakah ini yang dinamakan karma? /ga deng.

Terus yaudah akhirnya kami ngelewatin lagi jalanan pegunungan yang di kedua sisinya hutan, kebun, bukit, etc etc....
“Emang, kalo ke goa cina lewat sini, My Lord? Perasaan dulu ke ungapan jalannya nggak gini deh.” Jalan yang kami lewati hari itu, ngingetin aku pas maen ke pantai balekambang.
“Nggak, harusnya nggak lewat sini. Ini kalo mau ke balekambang.”
Nah, kan!! Memoriku tuh bagus banget btw!!
“Loh? Emang dari balekambang bisa nyampek goa cina?”
“Tembus jalannya. Ini tuh kita kayak muter gitu jalannya, lebih jauh.”
Oke, ini wowfakta banget loh, aku baru tahu kalo jalan ke balekambang bisa tembus ke goa cina dan sekitarnya, like?????
Ya emang akutuh tahu ya, mereka segaris pantai, tapi aku kira mereka tuh dibatasi bukit-bukit yang nggak mungkin dilalui manusia begitu.

Matahari udah semakin terik waktu itu. Nggak tahu deh, jam berapa, yang jelas sangguplah bikin kulit belang. Di sepanjang jalan menuju arah balekambang itu, ada yang berubah. Waktu itu, terlihat ada konstruksi jembatan yang masih belom jadi. Penghubung antara bukit satu dengan yang lainnya. Jadi, ketika jembatan a.k.a flyover itu udah jadi, pengunjung yang mau ke balekambang dan sekitar, nggak perlu susah-susah buat memacu kendaraannya melewati jalanan ekstrim. Aku bilang ekstrim, karena...men....ini jalan, kalo pas bagian naik tuh, curam banget naiknya dan sedikit berliku di bagian tengah, dan kalo turun ya turunnya curam banget juga. Aku jadi inget dulu waktu pulang dari balekambang, aku ngelewatin jalanan berbahaya ini deh. Tapi berangkatnya entah aku lewat mana, lupa.
Oke, mari kita berdoa agar flyover itu segera jadi dan berfungsi layak, demi kesejahteraan kita semua, aamiiinn.

Dan akhirnya, setelah sekian ribu deretan pepohonan, akhirnya kami nyampek juga. Bukan teluk asmara tapi. Yeah, gapura selamat datang pantai balekambang. Aku menoleh ke kanan, ke arah pantai kondang merak (kalo aku nggak salah inget), jalannya masih sama kayak dulu. Jelek banget. Kayak kalo kita ke sana tuh effort lahir dan batin kudu extra banget!
Dan My Lord mengarahkan motor ke kiri. Jadi ini tuh kek tusuk sate gituuuu balekambang. Begitu aku melihat jalanan yang kami lalui setelah belok kiri, aku akhirnya paham jalanan ini tembusnya ke mana. Ke jembatan melengkung yang ikonik itu, yang deket sama pantai ungapan.

“Nih, yan, jalannya tembus sini.” kata My Lord.
“iya, aku nggak tau My Lord, dulu.”
“iyo mangkane iki tak kandani.” My Lord mulai emosi sodara-sodara.
“iya iya, oke.”

Terlihat di sebelah kiri jalan yang kami lalui hari itu, jadi mereka dan kami jalannya berlawanan, banyak banget orang-orang yang bersepeda. Sepeda sport gitu. Kayaknya ada acara deh, di balekambang. Soalnya tadi sekilas keliatan rame (sotooyyy).
Di pagi hari menjelang siang yang terik begitu, ada beberapa pesepeda yang masih semangat mengayuh, ada yang mengayuhnya pelan aja, bahkan ada yang dituntun dong astagaaaa kasian huhuhu.
“Yan, yan, coba liat, iku dituntun sepeda’e, koyok awakmu wkwkwkwkwk.”
Aku yang diboncengan cuma pasrah aja diketawain. Yea yea, selama perjalanan aku sempet cerita kalo aku pernah motoran sendiri ke balekambang, terus jalannya tuh ada yang masih makadam, karena aku takut, akhirnya aku tuntun dah itu sepeda motor sampai ke bagian jalan yang menurutku aman. Dan sekarang aku diketawain. Nice nice.
“jalan balekambang yang makadam, mana coba?” tanya dia.
Iya ya, akutuh juga bingung dulu tuh aku lewat mana sih, ke balekambang yang ngelewatin jalan makadam? Toh, tadi sepanjang jalan sampai sini tuh, juga aspalan semua udahan. Yaudahlah ya.
[maen ke balekambang]

Di jalan itu, kami juga ngeliat beberapa angkot ADL yang jalan juga wkwkwkwk.
“Sekarang ke pantai bisa naik angkot, My Lord?”
“Carteran iku anjer.”
Akutuh nggak paham juga sih, kenapa temen-temenku kadang nggak bisa paham aku lagi bercanda atau nggak. Bahkan temen kuliahku sekarang pun berkata demikian.
“Yan, masalahnya nadamu bicara dan ekspresimu tuh, sama aja antara bercanda sama serius.” gitu kata temenku, padahal menurutku orang lain harusnya tahu kalau aku bercanda.

Kami ngelewatin banyak banget arah jalan yang menunjuk ke suatu pantai. Dan tiap pantai itu, aku tanyain itu si My Lord, udah pernah nggak kesana, ke setiap pantai yang aku tanya, secara dia kan juru kunci pantai malang selatan tercinta ini.
Lagi asik ngobrol sambil ngeliatin pemandangan dan menghirup aroma laut yang terasa begitu dekat, tiba-tiba di balik bukit yang sedari tadi mengiringi perjalanan kami, akhirnya berganti laut.
“WAAAAA LAUUUTTT.”
Sumpah aku excited banget!! Huhuuu, seneng bisa liat laut setelah sekian lama ;;;-;;;;
Sekilas mulai terlihat laut. Terus balik lagi tebing-tebing. Terus laut lagi. Dan akhirnya kami melewati batu bengkung.
Hhhhhh, i miss my old moment.
Dan aku melihat grup lelaki konvoy motoran yang tadi dooonnggg di depan gapura pantai batu bengkung. Kayaknya nungguin temen mereka yang masih belom nyampek juga.

Deretan pantai yang kami lewati, banyak yang berubah. Seiring jalanan yang udah bagus, maka berkembang juga fasilitas di setiap pantai, dan berakhir akan adanya biaya masuk di setiap pantai. Yang paling terlihat jelas perubahannya bagiku yaitu pantai ungapan. Dulu tuh, aku ke sana sama sekali nggak ada fasilitas yang memadai, belom menjadi pantai yang terlalu dikelola, walaupun jalannya juga udah sebagus sekarang. Dulu maen ke ungapan, berasa pantai milik sendiri, nggak ada yang namanya tiket masuk, motorpun diparkir nggak jauh dari bibir pantai.
[maen ke ungapan]
As time goes by, everything is change. Memang, nggak akan ada yang abadi di dunia ini. Aduh, kenapa jadi sedih aku ngetik bagian ini.

“Yan, goa cina dulu apa teluk asmara dulu?” tanya My Lord, membuyarkan segala penilaian akan perubahan ini di otakku.
“terserah sih.” Ya Allah sumpah ini jawaban tipikal banget.
Jadi nih ya, akutuh minta juga buat maen ke goa cina, karena aku belom pernah dshjhdsjhcfjdkgs. Ngga tau, aku sepenasaran itu sama goa cina.
“Tapi aku udah pernah ke goa cina.” kata My Lord waktu itu, waktu ngebahas ini perihal pantai-memantai.
“Tapi aku belom pernah.”
And yes, ofc I won yeay~~~!
Yha. Mamam tuh menang, yan.....

Siang itu, kami ke teluk asmara dulu jadinya. And I am glad that time My Lord choose it first. Atau ini memang sebenarnya taktik dia aja? Hmmmm.....
Jalan menuju pintu masuk, sedikit rame waktu itu. Aku kira, jalannya udah aspal juga ya begitu masuk ke jalan utama menuju parkiran pantai, tapi ternyata aku salah. Setelah loket masuk, jalannya masih tanah biasa, tapi bagus. Tapi setelahnya tuh, bebatuan yang kudu hati-hati.
“Heeehhhh....ati-ati please.” Please aku masih sayang nyawaaaaa.
“Opo? Tuntun ae motore?” My Lord nimpalin. Ya Allah pengen nimpuk rasanya.

Waktu itu terlihat beberapa kendaraan yang berjalan berlawanan, pulang. Dan akhirnya kami melihat.........parkiran yang penuh kendaraan. NYET??? Pantainya rame dong??!
Sumpah ya, aku kira tuh pantainya nggak bakal serame itu, tapi ini rame banget sih. Ya emang nggak serame balekambang, tapi ini tuh......di luar ekspektasi yang aku bakal bisa dengan tenang dan tentram menikmati deburan ombak laut selatan.

Setelah parkir motor, yang fyi aja nih, bayar lagi, kami menuju pantai. Dengan feel yang jujur aja nih, beda dari sepanjang jalan tadi. Pantai malang selatan kenapa berubah jadi rame semua gini huhuhuhu.
Dari parkiran untuk mencapai pantai, kami kudu melewati jalan naik dulu. Lumayan juga nih, jalan mendaki di bawah terik matahari yang cukup terik, padahal beberapa awan terlihat berwarna kelabu.
Waktu itu banyak pengunjung keluarga. Dengan membawa tikar dan keranjang piknik. Aku jadi inget, tadi pagi ayah ngomong; “kok, ayah nggak diajak?”
Ya menurut ayah ajalah gimana WKWKWKWKWWKWKWK.

Dan setelah beberapa menit singkat-tapi-terasa-berat itu, LAUTAN BIRU TERLIHAT OMAGAAAAAHHHHHHHJDCJHDSFJHKF.
Coba, siapa tadi yang bilang feelnya udah beda?
Liat laut udah seneng banget hati.
Ya Allah sungguh indah ciptaan-Mu huhuhuhuhu. Thanks for gave me another chance to see Your beautiful sea ;;;--;;;;


Setelah naik, sekarang kami kudu turun melewati anak tangga yang layak untuk dilewati. Dari atas, sambil menuruni anak tangga, terlihat orang-orang yang asik main air. Pantai terlihat banyak banget orang. Jalan menuruni tangga nggak bisa cepet-cepet, karena kudu ikutin tempo jalan pengunjung lain yang kebanyakan para orang tua.
Tapi begitu kaki menginjak pasir pantai, makin banyak pengunjung yang terlihat. Bahkan ada beberapa tenda yang sudah terpasang sempurna. Beberapa kelompok pengunjung yang asyik dengan kegiatan mereka masing-masing. Main gitar, tidur siang, makan siang, etc etc....


“Waduh, rame gini pantainya.” My Lord menyuarakan apa yang aku pikirkan.
“Kita mau duduk di mana nih, My Lord?”
Kami terus aja jalan, sambil mengedarkan pandangan, mencari tempat teduh untuk duduk menikmati pantai. Kami jalan ke arah timur. Rame. Bahkan pantai di seberang juga terlihat rame. Sejenak aku terdiam begitu melihat pantai di seberang tempat aku berdiri, pantai yang terpisah oleh sebuah teluk.

“Yan, di mana enaknya?” tanya My Lord lagi. Aku kembali tolah-toleh. Satu-satunya lahan yang nggak rame orang adalah lahan di bawah terik matahari.
“coba ke sana aja yuk.” Aku ngajak jalan balik sisi barat pantai.
Setelah sekian menit lamanya, akhirnya kami menemukan tempat teduh buat duduk-duduk santai nikmatin laut. Thanks God ;;-;;

lumayan teduh~~

Walaupun matahari terasa terik, tapi banyak banget orang-orang yang maenan air laut. Ombak di pantai ini cukup besar. Nggak kayak ombak di pantai clungup.
Wait.....
“Eh, sebelah tuh, pantai clungup bukan, sih?” kataku setelah akhirnya aku inget pantai di sebelah timur pantai ini adalah pantai clungup. Pantesan tadi waktu ngelihat tuh, berasa familiar.
[maen ke clungup]

“Hah masak?”
“Kayaknya ini pantai yang dulu katanya penangkaran penyu itu nggak sih? Yang nggak dibolehin ke sini?”
“Oh! Iyo iyo!” jadi, dulu tuh waktu maen ke clungup, dua temenku berhasil berenang mengarungi teluk hingga pantai ini. Terus diteriakin sama pengelola pantai, disuruh balik, nggak boleh ke pantai ini, karena merupakan tempat penangkaran penyu.
“Terus, sekarang dimana penyunya?” tanya My Lord.
“Lah yo, jadi tempat wisata gini juga akhirnya.”
Menurutku nih, sedikit disayangkan ya, pantai ini dibuka untuk wisata. Mungkin ada baiknya nggak semua pantai dapat terjangkau begini, apalagi sampai bisa jadi tempat wisata keluarga. Tapi bisa jadi ada baiknya juga pantai ini dijadikan tempat wisata umum macem begini.


ayo ayo....demi feed instagram ayo....

Adek ini terlihat siap banget menantang laut, muehehehehehe

Selama beberapa menit selanjutnya, aku dan My Lord cuma duduk-duduk doang sambil makan jajan. Ngobrolin hal yang nggak penting. Ngeliatin orang-orang maen air. Ngeliatin orang-orang sibuk foto-foto.....
“Yan, fotoin di sana.” Pinta My Lord sambil nunjuk ke sisi pantai yang sedikit lengang. Tapi emang entah kenapa, orang-orang maen airnya tuh kayak bertumpu pada satu titik begitu loh. Ada titik yang sedikit lengang. Sementara di titik yang lain rame banget kayak dawet.
“Iya, bentar....” kataku sambil masih ngunyah jajan.

Nggak lama, dateng beberapa orang dalam jumlah cukup banyak, mereka bawa bendera merah putih raksasa. Kemudian benderanya dibentangkan begitu. Kehadiran mereka jelas menarik perhatian.
“Ayo-ayo, yang lain boleh bantu bentangin benderanya.” kata salah satu dari mereka, menggunakan megaphone. Awalnya orang-orang ragu buat join, tapi lama-kelamaan orang yang semula asyik maen air, jadi ikutan ngebentangin bendera sambil nyanyi indonesia raya (kalo aku nggak salah inget lol).
Daaaannnn......kondisi ini membuat pantai yang semula rame, jadi sepi!! Kesempatan dong elakh buat foto-foto.
“Ayo My Lord, kita foto.” Ajakku sambil berdiri dari duduk.
Tapi begonya nih, My Lord malah ngedeketin acara tersebut. Padahal daritadi dia menggumamkan ‘pantai rame’ sama ‘cari spot yang sepi’. Yaudahlah ya.
Akhirnya, begitu dia puas ngerecord acara tersebut, dia nyamperin aku yang daritadi udah take every inch of view.
“Ayo hey, mumpung sepi.” Kataku.
Dan My Lord pun bergaya.
Tapi, kenapa lelaki tuh, kalo foto gayanya selalu begitu?
WKWKWKWK
Asli dah, menurutku nih, foto-foto dia yang bagus tuh, yang aku ambil pas dia lagi siap-siap pose kek, pas dia diem madep laut kek....pokok setiap foto yang sebenarnya dia tida berniat untuk difoto. Apatuh istilahnya...candid? Ini preferenceku aja sih tapi.
Dan lambat laun, pantai kembali rame. Acara ngebentangin bendera kelar.
“Banyak orang, ntar diedit aja oke.” kataku.

Love your country wherever you are

Puas nih, kami took some pics, My Lord memutuskan buat nyemplung ke laut. Sedangkan aku duduk-duduk aja di tempat kami semula. Jadi tuh, aku berasa nungguin anakku les renang Ya Allah......
Selama aku duduk sendirian itu, sambil ngeliatin birunya air laut, aku ngeliatin orang-orang, plus dengerin obrolan mereka. Ada petugas pantai yang inspeksi pantai, mencari sampah yang mungkin tercecer. Ada seorang bapak yang merekam aktivitas dirinya sendiri dengan bantuan tripod (yang omong-omong, apa yang dilakuin bapak ini, kasih aku ide buat gimana caranya ambil foto diri sendiri misalkan aku travelling sendirian HAHA).
Ada ibu-ibu yang heboh minta difotoin. Ada juga bapak-bapak yang baru saling kenal saat itu dan sudah asyik ngobrolin banyak hal, mulai sepak bola sampai daerah asal masing-masing.
Aku nggak tahu berapa lama aku sendirian duduk di situ. Tapi rasanya aku nggak masalah mau selama apapun. Soalnya pemandangan di depanku indah. Laut biru. Langit biru. Udara bersih. Cuma emang lambat laun ngantuk sih ya, duh semilir anginnya, bikin aku mengharapkan ada bantal di sekitarku.

"Yan, tadi kamu ngefoto dari sini, keliatan aku maen air nggak?"
"Ya enggak My Lord."

Setelah menit-menit yang entah berapa lama itu, akhirnya My Lord udahan maen airnya.
“Seru?” ini aku tanya karena ya aku penasaran aja sih, emang dia seru-seru aja apa maen air sendiri? Biasanya kan, ke pantai ramean, dan jelas biasanya dia maen airnya ya sama temen-temen cowok yang lain. Lah ini sendiri.
“Seru-seru, puas wes!” Oke, ekspresinya emang keliatan dia happy banget abis nyemplung di laut. Terus My Lord udah asik aja ngejelasin kondisi laut dangkalnya tadi gimana. Aelakh.
“Dapet kenalan nggak, di sana tadi?”
“Kenalan tuh, sama bapak-bapak rombongan se-RT.”
WKWKWKWKWKWKWK

sebenernya ini nahan terik matahari sih, tapi hasilnya kenapa jadi mayan bagus gini wkwk

Dan setelah My Lord selesai bilas plus ganti baju, kami ninggalin tempat duduk yang sedari tadi aku ngedeprok di situ. Rencananya mau jalan langsung ke parkiran. TAPI MALAH DIAJAK HIKING!!
“Heh, di atas, viewnya bagus kayaknya.” kata My Lord sambil nunjuk ke sebuah bukit dan jalanan yang menanjak.
“Hah seriusan?”
“Iyo.”
Langsung aja nih, My Lord jalan menuju ke jalan menanjak itu. Bukannya ke tangga yang di awal kami lewati.
“Seriusan?” tanyaku lagi.
“Tadi, keliatan orang-orang jalan nurunin jalan ini. Jadi pasti ada spot lain lagi.” jelasnya.
Asli dah, aku dalam hati tuh berharapnya nih, My Lord nggak usah ngajakin ke atas sana. Bukannya aku nggak mau liat spot bagus, tapi tuh aku udah lemes duluan aja liat jalannya yang naik lumayan terjal.
“Ayo yan, dicoba dulu. Ntar kalo di tengah jalan nggak kuat, yowes nggak usah.”
Akhirnya oke. Dan memoriku pas mendaki gunung ijen kembali berkelebat huhuhu.
[maen ke kawah ijen]

DAN BENER DOONNGGGG, ITU TUH MENGURAS ENERGIKU PARAH HCKJSHJHSDH.
Too much effort!!
Tahu nggak sih, oksigen tuh rasanya sampek masuk ke otak ituloh saking napasku udah berat banget. DAN TERNYATA MASIH ADA TANGGA LAGI YANG KUDU DILEWATI NVVJDJSCBJSDCJ.
“My Lord, kamu duluan aja.”
Karena aku nggak mau menjadi beban, akhirnya aku suruh My Lord jalan duluan aja. Sementara aku naik selangkah dua langkah sambil ngatur napas.
Siang-siang, matahari terik, keringetan, aku udah kebayang mukaku jadi kayak apa.
Dan setelah penderitaan itu, akhirnya aku sampai puncak!!
Dan......WOHOOOOO VIEWNYA BAGUS BANGET AAAAAAAAMJFXHJFJFDFDDJH. Udahlah ya, emang filosofi kalau kita mau sesuatu yang indah di akhir tapi harus susah payah dulu di awal tuh, emang selalu benar.

"Yah, bagus kan?" aku pamerin foto ke ayah
"wah, bagus mbak, kayak raja ampat."
wkwkwkwkwkwk

Di atas bukit itu, aku bisa ngeliat semua view pantai. Aku juga makin bisa ngeliat laut tanpa batas, horizon biru!! Liat batu karang yang tersebar di beberapa titik lautan. Jauh dari pantai. Aku jadi keinget scene film, harry potter dibawa sama prof. Dumbledore buat cari hocrux di salah satu karang laut tempat persembunyian hocrux voldemort.





Sungguh Maha Indah Tuhan dan ciptaan-Nya.
Tapi di balik segala keindahan itu, terik matahari juga semakin menyengat di atas sana. Mana waktu itu tuh, pas banget tengah hari deh kayaknya.
“My Lord, teluk asmara tuh, itu....” kataku sambil nunjuk salah satu sisi pantai, yang di awal banget tadi kami samperin, pantai yang berhadapan langsung sama pantai clungup. “terus, yang tadi kita itu tuh, teluk bangsong namanya.”
Aku tentu aja dapet sumber dari hasil dengerin tadi ada anak ngomong begitu. Wkwkwkwk.
“Ohh....iyo i, itu ada tulisannya.” timpal My Lord sambil nunjuk sebuah tugu nama Teluk Asmara. Di atas sini juga ada tugu nama Teluk Asmara, tapi masih dalam pengerjaan bagian balkonnya begitu (apasih yang tempat yang biasanya orang foto-foto tuh, namanya. Dan oh fyi, di atas sini juga ada kayak villa begitu (?), cuma satu tapi).
“Jadi ini bangsong, itu teluk asmara, clungup......sana tiga warna.” My Lord nunjukin satu-satu pantai yang dia sebut. Hingga yang terjauh, pantai tiga warna.
Huuuuu pengen tiga warnaaaa ;;;-;;;;
Tapi, di lihat dari atas sini, pantai 3 warna apanya yang tiga warna ya? Warna lautnya sama tuh, sama yang di sini.
Tapi tetep aja aku pengen!!

Setelah semakin terasa terik aja di atas sini, akhirnya kami memutuskan buat balik turun. Dan kali ini beneran mau jalan ke parkiran.
“My Lord, nggak usah ke goa cina deh.” kataku. “Panas gini dah, gerah banget, aku sudah tida sanggup.”
Beneran panas banget waktu kami mau beranjak pulang waktu itu. Kayak yang sampek kulit tuh kerasa kebakar gitulah. Sama kayak teriknya surabaya, cuma minus polusi aja sih.
Akhirnya kami pun, buru-buru buat segera naik motor. Setidaknya pas naik motor tuh, masih terasa semilir angin, jadi panasnya berkurang.
Dan pas jalan keluar menuju jalan raya utama, My Lord tanya lagi;
“Yakin nggak ke goa cina?”
“Yakin!!”
“Yakin? Nggak nyesel?”
“Kapan-kapan ajalah, pantainya toh nggak bakal pindah.”
Nggak bakal pindah sih iya ya, tapi keindahannya bisa aja berubah.
Jadilah kami siang itu langsung aja cuuss pulang.
Ngelewatin begitu saja gerbang selamat datang ke pantai goa cina yang lumayan deket sama pantai teluk asmara.
Kemenanganku di awal yang sia-sia.

Pas di tengah jalan pulang, ban motor bocor doonnggg kena paku gyahahahahasdjhsdjfjdsfk. Untungnya tuh, di bagian jalan yang ada pemukiman warganya walaupun masih di gunung. Dan nggak jauh dari tempat kami nyadar bannya bocor, ada tukang tambal ban. Hmmm....suspicious.....
Tapi ya bersyukur aja ya, bannya bocor bukan pas di bagian jalan yang bener-bener hutan.

After all, I had SOOO MUCH fun that day!!
I enjoy it A LOT!!
Walopun di jalan tuh, adaaa aja ya cerita. Yang nggak tahu jalanlah, yang ban bocorlah......tapi hal-hal begitu tuh bisa jadi cerita suatu hari nanti. Bisa jadi konten blog begini juga, kan? Wkwkwk.

“Wah lupa, di sebelah pantai balekambang tuh, pantainya sekarang bagus yan.” kata My Lord, waktu kami nungguin ban ditambal.
“Yang jembatannya rusak itu?”
“Iya. Sekarang udah bagus. Kapan-kapan ke sana.”
Anw, aku jadi inget our canceled plan years ago, lupa tahun berapa, pokoknya pas semester 5 kalo nggak salah. Tujuan kami waktu itu pantai balekambang, dan aku ngebatalin pas malam sebelumnya. Wah asli sih, kalo dipikir-pikir aku jahat banget wkwk, maap My Lord ;;-;;
(He didnt know what was my exactly reason that time lol, but the problem ofc on me)

And years later, we both knew in the end, that ‘that plan’ wasnt canceled, but been delayed. Mungkin emang bener kalau sebuah janji tetaplah sebuah janji sampai hal itu terpenuhi. And something that I was afraid would be a bother in my mind that time, now (ofcourse) bothering me lol. It was (just) delayed too I think. Time doesnt change it all, while I thought the opposite.

Maen ke pantai malang selatan kali ini, lebih membawa aku bernostalgia. Kayak....apa ya....sepanjang jalan tuh, berasanya baru kemarin terakhir main ke pantai malang selatan. Cerita-cerita itu tuh, berasa lekat banget di memori, berasa terjadi di waktu yang dekat, padahal sudah berapa tahun yang lalu. Nostalgia memori maen ke pantai sama temen-temen tuh, antara seneng sama sedih. In the end everything is about time. 

Akhirnya perjalanan kami berakhir di terminal Arjosari waktu sore menjelang maghrib waktu itu.
Semoga My Lord nggak kapok ngajakin aku maen ke pantai HAHAHAHA.
I really spent my Sunday well.
Thanks to My Lord.
Xoxo!

Share:

0 komentar