[Pucuk Ndunyo] 'Woah'
Setiap tahun kantor biasanya kasih
jatah cuti 5 hari di awal bulan januari. Tahun kemarin seisi kantor serempak
libur hampir seminggu, tapi tahun ini nggak soalnya banyak proyekan yang bakal
di lelang fisik.
“Mbak, kamu dapet shift libur
sampek tanggal 7, tanggal 8 masuk.”
Aku sih seneng-seneng aja.
Awalnya.
Tapi nyatanya, tanggal 5 aku udah
disuruh masuk madafakachjdsfjdskf.
“Mbak, jumat kita rapat ya ke
pemkot.”
“Pak, saya ini masih off duty.”
“Ayolah mbak. Ini diminta full
team, please.”
Akhirnya dengan ngedumel aku ikutan
rapat di pemkot.
“Lagian mbak, libur lama-lama tuh
nggak enak.” kata salah satu mas-mas kantor. “Liburan lama loh ya mau ngapain.
Paling tidur.”
Aku diem aja. Ya itu sih, buat
orang-orang yang nggak bisa membuat waktu liburan menjadi seru.
Kalau buat aku, orang yang pas
sibuk-sibuknya aja sempet-sempetin nyelip kayak belut buat liburan, apalagi
dikasih libur 5 hari, begitu banyak planning yang udah kesusun. Dan yang jelas
nggak bakal bosen sampek mikir liburnya kelamaan.
Temen kerjaku itu pasti belum
pernah ngerasain lamanya naik kapal buat nyeberang pulau kecil, dan belum
sempat kapal menyentuh pasir pantai, pemandangan sekitar udah bikin speechless.
Hampir dua jam di atas kapal
rasanya nggak ada apa-apanya setelah aku melihat beningnya air laut, sampek aku
bisa lihat terumbu karang di dalamnya. Lautan itu emang sebuah misteri ya,
sejengkal sebelumnya warna laut begitu biru, biru pekat, menandakan betapa
dalamnya laut. Tapi sejengkal kemudian gradasi warna biru berubah. Itu
menurutku so awesome!
Sekitar jam 9 kapal berlabuh di
pantai. Matahari udah cukup terik waktu itu. Waktu kita sampai, udah ada
beberapa kapal penumpang yang bersandar, udah ada beberapa wisatawan yang
mainan air, pokoknya pulau waktu kita sampai udah lumayan banyak orang, tapi
masih kondusif.
Oh, anw, pada saat baru nyampek
ini, aku udah berpikir ‘kok gili labak dulu?’
Berdasarkan rundown, harusnya kita
ke gili genting dulu. Men, firasatku udah nggak enak. Tapi pasir halus pantai
kayak ngehipnotis aku buat nggak mikirin itu dulu. Aku ngeliat ke sekelilingku.
Gili labak bagus banget huhuhuhu.
Kita, aku sama leli, langsung cari
tempat, yeah semacam gazebo begitu, buat naruh barang bawaan kita sekaligus
ngadem.
Jadi di gili labak ini ada beberapa
cluster penginapan, dan sepertinya tiap cluster ini sudah ada ‘pemilik’ beserta
pihak travel mana yang ngurusin. Waktu aku jalan-jalan, aku baru ngeh soal ini
dan seingetku ada sekitar 5 cluster penginapan dengan masing-masing travel yang
bekerjasama.
Di tiap penginapan ini, ada kamar
mandi umumnya, ada yang jualan makanan juga, ada gazebo-gazebo yang berjejer.
Fyi, jangan dibayangkan penginapan disini semacam bungalow cozy madep laut
gitu. Penginapan di sini ala kadarnya. Begitu juga kamar mandi, bahkan kalau
mau mandi pake air tawar, kita kudu beli dengan harga yang menurutku cukup
murah. Dan jangan ditanya soal listrik, di sini listrik baru nyala sekitar jam
5 sore hingga 5 pagi. Sinyal juga nggak usah ditanya sih, aku nge-mode plane
selama aku di sini. Dan emang aku niatin dari awal berangkat, aku mau terputus
bentar dari dunia luar sana wkwkwkwk.
Dengan berbagai kondisi di atas
tadi, bagiku nggak masalah. Seriusan. Bahkan aku pengennya tidur aja di tenda, seperti
yang dilakukan beberapa orang. Dan ngomong-ngomong, walopun istilahnya pulau
ini jauh dari jangkauan daratan yang ‘sesungguhnya’, tapi makanan/minuman di
sini dijual cukup murah. Aku kaget banget seriusan. Harganya nggak melejit jauh
banget, padahal kalau dipikir-pikir ya, kalau misal sang penjual ini mau aji
mumpung, wisatawan yang perlu bakal tetep beli sih, soalnya ya nggak ada lagi
yang lain (?)
Balik lagi ke kita yang nyari
gazebo yang lumayan nyaman buat didudukin. Dan kita nemu. Wkwk.
Begitu kita naruh tas, aku bilang
“eh, kayaknya pulaunya kecil deh lel.”
“emang.”
“kita kudu muterin berarti nih.”
“oke oke.”
Pada saat itu, muncul salah satu
panitia dari travel –yang juga aku baru tahu saat itu- datang. Ngedata siapa
aja yang nginep dan nggak. Terus nih, leli tanya;
“Mas, di rundown kita kan ke gili
genting dulu ya, itu kapan?”
“Gili genting sekarang rame banget
mbak, dari kemarin malah. Kemarin ada 500 wisatawan ke sana, sekarang 700.”
“Berarti besok?’ aku ikut nimbrung
akhirnya.
“Itu saya kurang tahu sih, mbak.”
“Berarti ke gili genting itu belum
pasti kesana?” tanyaku lagi.
“Saya kurang tahu mbak.”
Kesel banget nggak sih kalo jadi
aku? Seriusan pengen ngamuk nih denger jawaban masnya. It was so obvious that
they weren’t prepared well.
Dan pada akhirnya memang gili
genting dicoret dari rundown! What the fck???
“Nih, sebagai ganti, kita tidur di
penginapan. Gili genting rame banget, daripada kecewa pas disana, nih kita
diganti tidur di penginapan, nggak jadi di tenda.” kata temen leli.
What the fckk????
Kecewa atau nggak, ya….yaudah
gituloh. Itu tuh bukan hak pihak travel yang memutuskan menurutku. Sekarang nih
ya, di brosur open trip mereka, dengan harga segitu, mereka menjanjikan
ini-itu, konsumen udah tertarik, BAYAR DAN BERHARAP YANG DIPROMOKAN SESUAI,
terus? Mereka ternyata seenak sendiri. Okelah katakan memang mereka nggak mau
bikin konsumen mereka kecewa dengan pantai yang rame kayak pasar, tapi ini tuh
kerjaan mereka, harusnya mereka udah expect apa aja yang bakal terjadi, apalagi
itu long weekend plus new year eve! Masa mereka nggak ada ekspektasi sih???
‘oh, ini bakal rame nih, mending
jangan masukin brosur promo’, gitu kan seharusnya? Atau kalau masih mau masukin
di brosur promo mereka, harusnya ada alternatif gimana cara pokok gili genting
tetep dikunjungi. Fyi gili genting jauh lebih luas pulaunya daripada gili
labak.
Aku sendiri nggak masalah tidur di
tenda, seriusan. Toh, dengan penginapan seperti itu, tidur di sana dengan di
tenda sama aja.
Duh, aku jadi sebel lagi pas nulis
bagian ini, hhhhh……
“lel, kenapa ya, tiap kita maen ada
aja gitu yang bikin kesel.”
“iyo ya, semarang waktu itu sepeda,
sekarang travelnya.”
(soal sepeda waktu maen ke semarang bisa baca di sini)
Akhirnya, agar liburan ini kita
happy-happy aja, terlepas dari masalah di atas, aku sama leli (okelah terutama
aku), berusaha legowo. Jadi aku bisa nikmatin hari di gili labak dengan hati
ringan.
Selesai sarapan, aku buru pake
lotion, yang menurutku ya sama aja sih aku tetep jadi item pulang dari sini
huhu, 15 menit kemudian kita udah siap explore gili labak.
Gili labak waktu itu udah terik
banget. Tapi akibat terik ini, warna laut berubah jadi bagus banget. Aduh,
nggak bisalah diucap sama kata-kata.
Kita pertama jalan ke depan, ke
deretan kapal yang bersandar. Di wilayah sini lumayan banyak orang, jadi kita
melipir ke arah selatan. Ke dermaga yang juga lumayan banyak orang. Dari jauh
keliatan beberapa orang pose buat foto. Yeah.
Aku jalan bertelanjang kaki. Jadi
telapak kakiku merasakan lembutnya pasir pantai plus sedikit panas. Pasirnya
nih beneran selembut ituloohhh. Terus putih. Yeah pasir putih.
Di samping dermaga yang rame banyak
orang tadi, sekitar 50 meter, ada dermaga lain yang udah rusak dan nggak
berfungsi sebagaimana mestinya. Nggak banyak orang di dermaga yang ini. Dan
karena beningnya air laut, aku bisa lihat sisa-sisa kontruksi yang tenggelam,
keliatan pilar-pilarnya juga. Aku nggak tahu gimana perencanaan dermaga ini,
kok sampai kata orang-orang dermaga ini masih belum terlalu lama umurnya. Hmmm,
mungkin ada sesuatu yang luput waktu ngerencanain.
![]() |
foto ini aku upload di ig, terus direpost akun yang sepertinya berkonten how goverment there work, padahal aku ngepost foto ini cuma gara-gara bagus, nggak ada maksud lain |
Aku sama leli duduk sebentar di
pasir dekat dermaga yang rusak itu. Leli asik nyari kerang-kerang lucu di bawah
air laut yang tingginya cuma sebetis. Aku sibuk menikmati pemandangan di depan
mata.
Terus kita jalan lagi, semakin ke
utara. Di bagian sini udah makin jarang terlihat orang. Mungkin hanya satu-dua
orang yang terlihat.
![]() |
ini seriusan candid dan bagus banget vfhgvbhjfd in frame: leli >< not me >< |
Aku nggak tahu pasti sih luas gili labak ini berapa, tapi berdasarkan google, gili labak memiliki luas hampir 5 hektar. Dengan pulau seluas ini, dari jauh aku bisa lihat pulau poteran dari ujung ke ujung. Selama kita menapaki pasir pulau gili labak, nggak tahu udah berapa kali aku berucap;
“Ya Allah bagus banget huhu.”
“Yampoonnn baguuss shgjfdgfjdhjgj.”
“gila-gila bagus wey.”
“Woah…!!”
Sambil bolak-balik ngefoto
pemandangan. Iya pemandangan, tenang aja.
Ya maklum ya, sebagai orang yang seringnya liat air berupa genangan kota, air di saluran drainase, di sungai yang tercemar, liat air seluas dan seindah ini tuh aku berasa udik.
Ya maklum ya, sebagai orang yang seringnya liat air berupa genangan kota, air di saluran drainase, di sungai yang tercemar, liat air seluas dan seindah ini tuh aku berasa udik.
Gili labak makin ke utara makin
sepiiii banget. Laut juga keliatan makin baguuuusss banget. Gradasi warnanya,
kilau muka air laut terkena sinar mataharinya. Dari utara kita ke timur, makin
ke timur makin berasa seperti hanya aku sama leli yang ada di pulau ini. Bahkan
di wilayah ini ada yang garis pantainya hilang. Jadi agar goal kita tercapai,
kita jalan masuk ke dalam air.
Di kejauhan kelihatan
keramba-keramba, perahu yang berlayar, duh aku pengen jadi warlok sini dong.
Nggak butuh waktu lama sebenernya
buat mengelilingi pulau ini. Tapi kita berdua memakan waktu hampir satu jam.
Coba kalau nggak berhenti sebentar untuk jeprat-jepret, coba kalau aku nggak
menemukan sebongkah kayu yang dikelilingi beberapa pohon dan ide untuk pose
yoga muncul, jalan mengelilingi gili labak mungkin cuma butuh waktu 20-30
menit.
“Lel…fotoin aku dong, gaya yoga.”
“Wkwkwkwk”
Akhirnya aku naik ke atas kayu
pohon yang tergeletak. Tapi gagal. Memang aku tida boleh mainstream.
![]() |
spot foto yoga (gagal), tapi keliatan asri banget ye kan |
![]() |
gyahahahahjhfjdfdhh kenapa jadi kek lomba lari sih :))) |
Setelah kita kembali ke titik awal kita
memulai perjalanan tadi, jam masih menunjukkan pukul 11:00, jadwal snorkeling kita
masih 3 jam lagi. Akhirnya kita beli kelapa muda, terus kita duduk-duduk di
kursi yang ada beberapa di pantai. Minum es kelapa muda sambil liat lautan biru
di depan mata, sumpah aku berasa nggak punya beban hidup sama sekali.
Seriusan aku ngerasa nggak punya
permasalahan hidup di sini.
Liatin laut, ikutan leli nyari
kerang-kerang cantik, mainan pasir, makan es kelapa muda, bahkan aku tidur
siang di kursi santai pantai sembari diiringi suara deburan ombak. Coba, nikmat
dunia sekali bukan?
(Ya Allah makasih rejekinya huhu).
![]() |
what a life, yehet! |
Nggak lama dari aku bangun tidur
siang (seriusan aku tidur, ya sekitar 30 menit lah ya), temennya leli ngajakin
buat naik banana boat. Iya, di sini juga ada fasilitas banana boat.
Aku langsung nolak karena….ya, aku
nggak bisa renang dsghfgdshjfgdhjsg. Beda sama leli yang yaudah dia gausah
ditanya setdah. Kalau dipikir-pikir, aku sama leli nih seriusan bertolak
belakang sekali. Tapi waktu itu leli nggak mau, karena dia mau renang aja abis
gini di laut.
Akhirnya walopun kita nggak ikutan
naik banana boat, tapi aku, leli, dan temen leli ikutan naik speed boatnya wkwkwk.
Jadi ya rombongannya temen leli nih yang naik banana boat. Aku cukup puas menikmati
pemandangan dari speed boat lol. Tinggal tambahin captain yoo sijin nih yang
nyetir boatnya biar makin oke.
![]() |
what I saw from speed boat |
Pukul 12.30 kita balik ke
penginapan buat sholat dhuhur plus ganti baju buat renang yang dimaksud leli
tadi. Jadi, ini planning leli, renang di bagian pantai yang sepi. Tapi karena
takut kita ditinggal snorkeling kita akhirnya renang di pantai yang dekat
dermaga yang rusak. Kata renang disini berarti, aku mainan air. Ya cukuplah aku
jalan sampek bagian air laut setinggi dadaku. Nice.
Seumur-umur baru ini dah aku main
ke pantai dan aku nyemplung ke laut. Oke nice.
Di titik ini kita udah nggak bawa
gadget lagi. Yeu, mau renang bebas.
Aku nggak bakal ngelupain sih
rasanya aku tidur di atas pasir, sambil ngeliatin langit yang biru banget, dan
air laut yang menerpa-nerpa halus badan. Siang itu aku seneng banget seriusan. Aku
juga nggak mikirin kulit ntar jadi item gara-gara tiduran begini. Rasanya damai
banget, tenang, tenteram.
![]() |
so breathtaking!! |
Nggak lama sebelum jam kita mulai
snorkeling tiba, aku sama leli melipir ke tempat yang banyak orang. Kita mainan
air di dekat kapal-kapal yang berlabuh. Leli masih asik hunting kerang, aku
duduk-duduk aja sambil mainan pasir. Seriusan sih, aku nggak paham leli
segitunya sama yang namanya kerang. Iya iya tahu kerangnya cantik-cantik emang,
tapi tuh leli tuh beda gituloh….sampek banyak nih foto dia sama kerang. Curiga dia
sebenernya jelmaan macem jinny oh jinny gitu (only 90’s kids now this thing
wkwk).
![]() |
pas udah masuk kantor, aku nunjukin ini foto yg aku buat lockscreen, lalu; "halah mbak, ambil dari google kan?" I was sad, but I want to laugh too |
Jam 2 pas kita mulai snorkeling. Sebenernya
spot snorkeling nggak jauh-jauh dari pulau, cuma karena tetep aja kita bakal
nyemplung ke bagian laut yang udah masuk kategori dalam, kita diangkut dulu
naik kapal. Jadi kapal berhenti di laut dengan warna biru pekat.
This is my first time!
Uye!
Aduh aku nggak sabar pengen foto
underwater macem kakak-kakak hitz di ig…..
Tapi sebenernya aku takut….
Wtf…
“Kalo mau foto gitu nggak usah pake
pelampung ntar.” kata leli
“Anjir! Terus aku pulang tinggal
nama gitu ya?” sahutku. Leli cuma ngakak. Tauk dah dia temen macem apa.
Baiklah, karena aku masih sayang nyawaku
dan cita-citaku masih banyak yang masih on process, akhirnya aku memutuskan
nggak usah foto underwater-underwateran.
“Nih, kamu napas pake mulut ntar.” Leli
ngajarin aku gimana cara pakai alat snorkeling.
Aku langsung, DEG! Anjir, ini tuh
bekas orang-orang???
Panik.
Jijik.
Aku nggak langsung pake alatnya.
“Lel, seriusan aku pake ini?”
“Iyaaa, duuhh…”
Kenapa ini tuh luput dari
pemikiranku ya? Bener-bener nggak terpikir sebersitpun!
Jelaslah aku bakal pake bekas orang
lain, kecuali aku bawa alat snorkeling pribadi.
Dengan menggenapkan hati sekuat
tenaga, pelan-pelan aku pake alat snorkeling. Kalo googlenya sih nggak apa-apa
gituloh. Masalahnya tuh yang bagian buat napas mulut kita. Itu…..dari mulut
orang lain….terus aku pake….
EWH!
Sedetik aku pake aku langsung
lepas. Nggak bisa. Ini hal yang sulit. Aku tarik napas dalam-dalam.
Tapi leli malah ngakak. “Aku dulu
pertama snorkeling ya gitu wkwkwkwkwk.”
Anjir emang nih orang.
Begitu kapal berhenti, orang-orang
udah pada siap-siap nyemplung.
“Nyemplung nggak?” tanya leli, aku
tau dia ngetease aku. Bangke emang.
“Iyalah! Besok aja tapi
nyemplungku.”
Tapi sebenernya nyaliku ciut duluan
liat warna lautnya. Aku bakal selamat kan? Iya kan? Huhuhuuuuu belom ke koreaaa
;;-;;;
“Dyan ikutan nyemplung lel?” tanya
temennya leli, yang dalam hitungan jam kita udah akrab. Asik.
“Yoi, besok tapi nyemplungnya.”
Nice, sekarang ada 2 orang yang
ngetawain aku.
Akhirnya satu per satu pada masuk
ke air. Ada yang udah expert, jadi nggak perlu pelampung dia udah langsung
terjun bebas masuk ke air. Ada yang masih pake pelampung tapi udah nggak
takut-takut masuk air, langsung nyebur. Ada yang pake pelampung tapi buat masuk
ke dalam air laut kudu pelan-pelan lewat tangga kapal. Iya ini aku dfbhjfgdjgfhjdfkdhkfh.
Leli udah nggak tahu dimana dia. Dia
termasuk golongan yang kedua. Walopun pada akhirnya nanti dia ngelepas
pelampungnya dan nyelem nggak tahu dah kemana.
Sedangkan aku, dengan iringan doa,
menapaki satu demi satu tangga kapal untuk ikutan masuk ke dalam air. Siang menjelang
sore waktu itu terasa teduh. Udah nggak terik lagi. Tapi angin berhembus cukup
kencang. Jadi, ombak di laut juga lumayan.
Begitu aku udah masuk ke dalam
laut, apa yang aku lakukan? Ya. Panik.
Aku nggak percaya dengan kemampuan
pelampung. Sedeng emang. Terus tau-tau leli nyamperin aku. Nyuruh buat nggak panik.
Oke. Aku ambil napas, berusaha kalem. Terus leli ngasih intruksi buat aku pake
alat napas mulut, akhirnya aku pake. Udah lupa sama rasa jijik tadi. Dan akhirnya
leli ngajakin aku buat nyelem, liat ke bawah. Sambil dia masih pegangin
tanganku ofcourse.
AND I SAW A MAGIC INFRONT OF MY
EYES!!
“WOAH!!”
Reflex. Refleks sereflek-refleksnya
aku berucap ‘woah’ tadi, dan mengakibatkan alat napas mulutku kelepas, dan aku
menelan cukup banyak air laut.
Begitu aku berhasil menghirup udara
lewat hidungku lagi, sambil terbatuk-batuk aku ngomong, “hadoh, pulang-pulang
darah tinggi aku, nelen air laut banyak banget tadi.”
Lagi-lagi leli cuma ketawa.
Pengen aku tenggelamkan rasanya.
Tapi dia bisa berenang.
Hhhhh…..
![]() |
thanks to temennya leli yang ngefotoin |
Tags:
I was here
2 komentar
Fix aku pengen liburan ke laut :D Tapi Bogor lautnya agak jauh :'D Btw mbak itu air lautnya melambai2 pengen diceburin...bening :")
ReplyDeleteiya kan mbak vheeee, bening banget kaaann huhuu. Sini mbak vhee, kita ngepantai bareng yuks haha
Delete