Semester 5
Pertama-tama, mari kita ucapkan alhamdulillah karena diberi kesempatan menikmati liburan yang udah kepotong seminggu buat ngerjain tugas bendungan yang menguras tenaga juga kantong :”
Mmmm, semester 5
kemarin nggak ada yang spesial sih, karena waktu gabut lumayan banyak dan itu
membuat bingung -,-
Dan juga jarang tidur
pagi apalagi sampek nggak tidur kayak semester-semester sebelumnya, kalaupun
tidur larut itu karena nonton drama. Penyebaran K-drama semakin marak sekarang.
Tapi sebenernya
banyak hal-hal yang terjadi, mulai dari yang level tinggi sampek level
sebenernya-nggak-penting.
Bukan mau sok bijak
atau apalah ya, tapi beberapa ada yang bisa bikin aku merenung, mikir......ada
juga yang bisa buat intropeksi diri sendiri.
Waktu itu siang
menjelang sore, di hari tugas bendungan masih jauh banget dari kata ‘bisa
dijilid’ , di bangku bawah tangga dekanat yang sering dibuat ngerjain tugas
sama rumpik, seorang teman datang membawa sebuah cerita dan oleh-oleh, yeah,
oleh-olehnya yang penting emang xD
Temanku ini, barusan
nyamperin negaranya conan edogawa, doraemon, kaito kid....
Keren nggak sih?
Menurutku sih, keren. Secara aku belum pernah keluar dari Indonesia. Seperti
biasanya lah ya, aku selalu mikir kenapa aku nggak pernah mengalami sesuatu
yang ‘besar’ seperti itu? Mm...ya, mungkin, MUNGKIN, aku pernah nggak sengaja
melewatkan kesempatan atau nggak menggali potensi yang udah dikasih oleh-Nya
dengan sekuat tenaga.
Hidupku selama ini
standar-standar aja. Melakukan hal yang medium.
Kayak pas ngerjain tugas, kalau temen-temenku bisa, maka aku juga harus
bisa, tugasku juga harus selesai. Kalau ada tugas dan mayoritas nggak bisa,
yaudah....simple, but.....
Mungkin karena itu,
aku belum pernah mencapai hal-hal yang ‘besar’ seperti cerita teman-teman yang
sering kudengar.
Kemudian, temenku ini
bilang, kalau aku nggak salah nangkep intinya gini :
“Aku disana baru sadar kalo ternyata
kita itu emang nggak bisa seperti yang lain. Kita udah punya kereta
masing-masing, udah ada relnya sendiri-sendiri.....”
Sebenernya, aku masih
nggak seberapa ngeh sama kalimat diatas, istilah ‘kalau orang lain bisa, kenapa
kamu nggak?’ masih berputar-putar di kepala.
Sepertinya untuk
mencapai hal yang besar di kemudian hari dengan langkah-langkah standarku ini,
harus berjuang keras ( ‘ ‘)9
Level agak penting.....
Aku juga belajar buat
nggak terlalu percaya dengan ucapan orang. Mau itu orang yang baru dikenal atau
teman.
Menurutku nggak ada
jaminan omongan teman dekat bisa kita pegang sepenuhnya, nggak ada. Mungkin
lain kali aku cuma perlu memegang 50% atau bahkan kurang dari omongan yang
diucapin orang lain. Terkadang, prinsip bisa berubah sesuai keadaan yang sedang
dihadapi.
Level sebenernya nggak penting.....
Ini sebenernya
berawal dari sebuah kesalahpahaman yang berlarut-larut hingga mengendap terlalu
lama dan menumpuk, kayak sedimen yang berlebih di sungai. Harusnya dikeruk
untuk mengatasinya, sayang banget cuma dikeruk dari satu sisi, sisi yang lain
membiarkan sedimen terus menumpuk dan memperburuk kondisi sungai.
Aku pernah baca
‘pandanglah segala sesuatu dari prespektif orang lain’ . Yeah, awalnya aku
menerapkan itu, tapi semakin lama semakin menjengkelkan dan males buat peduli
lagi. Kata-kata ‘oh, mungkin dia gitu soalnya gini....soalnya gitu....’ udah
nggak berlaku lagi.
Mmm, maksudku, kita
–aku dan teman-teman yang lain- nggak akan terus hidup dalam lingkup yang kecil
kayak gini terus. Toh, kita sudah dewasa, tahulah apa yang perlu
dipertahankan...diteruskan....dan yang nggak.
Nggak lucu aja sih,
pas udah benar-benar memasuki dunia orang dewasa tapi masih bersikap childish. Masa iya, pas udah kerja
nanti, misalkan pegawai kita atau partner
proyek kita nggak bekerja sesuai harapan kita terus musuhan? Marahan? Ye kali
orang pacaran, marahan -___-
Mungkin aku juga
sering sih, berpikir ‘aku yang bener, kamu salah’, apalagi pas jaman sekolah
dulu. Makanya sekarang karena ada “drama yang nggak terduga” ini, aku jadinya
belajar buat melihat segala sesuatu dari sudut pandang orang lain, sekalian
belajar nggak egois =D
Ayolah, jangan terus
berpikir sudut pandangmu yang paling bener.
Hey, hidup tanpa ada
banyak teman itu menyiksa.
Level setengah
penting...setengah....mmm....
Sejujurnya, ini yang
paling buat pusing. Semester lima kemarin sering banget ditanyain pacar anak
mana.....suruh bawa ke rumah, kenalin...bla..bla..bla....telinga sampek bosen
dengernya.
Gimana caranya aku
bawa someone ke rumah sedangkan pacaran aja..... okay,
forget it!
Miris sih, disaat hal
seperti itu mudah dilakukan orang lain, tapi buatku malah kayak tugas besar.
Ah, jjinja!!
Okelah ya, semoga semester depan yang udah termasuk semester tua semakin baik semuanya, yang udah baik akan tetap baik-baik saja......
Semoga....
0 komentar